Sejarah Kerajaan atau Kesultanan Makassar Gowa Tallo, Isi: sejarah latar belakang kerajaan makassar, kehidupan politik ekonomi sosial dan budaya kerajaan gowa tallo, masjid katangka, letak kerajaan, raja-raja yang memerintah, masa kejayaan kerajaan gowa tallo, runtuhnya kerajaan makassar gowa tallo, peninggalan kerajaan Gowa tallo.




KESULTANAN MAKASSAR (GOWA-TALLO)


kesultanan makassar gowa tallo

(Istana raja Gowa tallo tahun 1800-an)


A. LATAR BELAKANG KERAJAAN

Di Sulawesi Selatan pada abad 16 terdapat beberapa kerajaan bercorak Hindu di antaranya Gowa, Tallo, Bone, Sopeng, Wajo dan Sidenreng. Masing-masing kerajaan tersebut membentuk persekutuan sesuai dengan pilihan masing-masing. Salah satunya adalah kerajaan Gowa dan Tallo membentuk persekutuan pada tahun 1528, sehingga melahirkan suatu kerajaan yang lebih dikenal dengan sebutan kerajaan Makassar. Nama Makassar sebenarnya adalah ibukota dari kerajaan Gowa dan sekarang masih digunakan sebagai nama ibukota propinsi Sulawesi Selatan. Sebelum abad ke 16, kerajaan-kerajaan di Sulawesi masih bercorakkan Hindu, barulah ketika adanya dakwah dari Dato'ri Bandang dan Dato' Sulaiman, perlahan-lahan kerajaan-kerajaan tersebut mulai memeluk islam. Kerajaan gowa-tallo sendiri merupakan sebuah Kerajaan yang bercorak Islam. Setelah bergabung menjadi Gowa Tallo, Raja Gowa Daeng Manrabia menjadi Raja Gowa Tallo Karaeng Matoaya menjadi perdana menteri (patih) dan bergelar Sultan Abdullah.

Letaknya strategis yaitu sebagai penghubung pelayaran Malaka dan Jawa ke Maluku. Letaknya di muara sungai, sehingga lalu lintas perdagangan antar daerah pedalaman berjalan dengan baik. Di depan pelabuhan terdapat gugusan pulau kecil yang berguna untuk menahan gelombang dan angin, sehingga keamanan berlabuh di pelabuhan ini terjamin. Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong para pedagang mencari daerah atau pelabuhan yang menjual belikan rempah-rempah. Halauan politik Mataram sebagai kerajaan agraris ternyata kurang memperhatikan pemngembangan pelabuhan-pelabuhan di Jawa. Akibatnya dapat diambil alih oleh Makassar. Kemahiran penduduk Makassar dalam bidang pelayaran dan pembuatan kapal besar jenis Phinisi dan Lambo.

Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung Pandang.


B. LETAK KERAJAAN

Kerajaan Gowa dan Tallo lebih dikenal dengan sebutan Kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di daerah Sulawesi Selatan. Secara geografis Sulawesi Selatan memiliki posisi yang penting, karena dekat dengan jalur pelayaran perdagangan Nusantara. Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang, baik yang berasal dari Indonesia bagian timur maupun para pedagang yang berasal dari daerah Indonesia bagian barat. Dengan letak seperti ini mengakibatkan Kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.


C. RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH

Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Matoaya (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makassar tahun 1593 – 1639 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) sebagai Mangkubumi bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makassar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).

Raja sultan Gowa tallo Makassar

(Daeng Mattutu Karaeng Bontonompo raja Gowa tallo ke-35)

Selanjutnya kerajaan Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makassar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makassar. Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.


D. MASA KEJAYAAN

Faktor-faktor penyebab Kerajaan Gowa Tallo berkembang menjadi pusat perdagangan adalah sebagai berikut:

  1. Kehidupan Ekonomi

    Kerajaan Makassar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :

    • letak yang strategis
    • memiliki pelabuhan yang baik
    • jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang- pedagang yang pindah ke Indonesia Timur.

    Sebagai pusat perdagangan Makassar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makassar.

    Pelabuhan Makassar tempo dulu

    (Pelabuhan di Makassar tahun 1918)

    Pelayaran dan perdagangan di Makassar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makassar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.

    Selain perdagangan, Makassar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makassar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

  2. Kehidupan Sosial Budaya

    Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat Makassar adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.

    Walaupun masyarakat Makassar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makassar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makassar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.

    Di samping norma tersebut, masyarakat Makassar juga mengenal pelapisan sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.

    Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makassar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makassar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.

    Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makassar dan terkenal sampai mancanegara.

  3. Kehidupan politik

    Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makassar pun memeluk agama Islam.

    Raja Makassar yang pertama memeluk agama Islam adalah Karaeng Ma’towaya Tumamenanga Ri Agamanna (Raja Gowa) yang bergelar Sultan Alaudin yang memerintah Makassar tahun 1591 – 1638 dan dibantu oleh Daeng Manrabia (Raja Tallo) bergelar Sultan Abdullah. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makassar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).

    Selanjutnya kerajaan Makassar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makassar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makassar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makassar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat.

Daerah kekuasaan Makassar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya. Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Untuk itu hubungan antara Batavia (pusat kekuasaan VOC di Hindia Timur) dan Ambon terhalangi oleh adanya kerajaan Makassar. Dengan kondisi tersebut maka timbul pertentangan antara Sultan Hasannudin dengan VOC, bahkan menyebabkan terjadinya peperangan. Peperangan tersebut terjadi di daerah Maluku.

raja gowa tallo

(Raja Gowa tallo ke-35)

Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur. Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makassar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makassar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makassar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makassar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makassar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makassar.

Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makassar. Dan secara terpaksa kerajaan Makassar harus mengakui kekalahannya dan menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makassar.

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:

  1. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makassar.
  2. Belanda dapat mendirikan benteng di Makassar.
  3. Makassar harus melepaskan daerah-daerah jajahannya seperti Bone dan pulau-pulau di luar Makassar.
  4. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makassar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.

Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makassar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makassar, dan Makassar mengalami kehancurannya.


E. KERUNTUHAN KERAJAAN

Raja Bone Aru Palaka meminta bantuan Belanda untuk menyerang Hasanuddin karena wilayahnya dikuasai Gowa Tallo, maka dengan cepat Belanda menyambutnya.

Belanda menyerang dari laut, sedangkan Aru Palaka menyerang dari darat. Dengan tekanan yang demikian berat akhirnya Belanda mempu memaksa Gowa Tallo menandatangani Perjanjian Bongaya (1667).


F. PENINGGALAN SEJARAH

Museum Balla Lompoa

istana tamalate Balla Lompoa gowa

(Istana Tamalate Balla Lompoa)

Museum Balla Lompoa adalah sebuah museum yang terletak di tengah-tengah Kelurahan Sungguminasa. Museum ini didirikan pada tanggal 11 Desember 1973. Balla Lompoa dapat diartikan rumah besar atau istana bagi raja-raja dari Kerajaan Gowa.[1] Museum ini dibangun di areal seluas 7663 m2 tahun 1936 di masa Raja Gowa ke-XXV. Luas bangunan kayu 1144 m2. Bangunan ini terbuat dari bahan kayu jati bercorak arsitektur tradisional. Ada juga terdapat teknik modern di beberapa bagian tertentu, misalnya di persambungan kayu menggunakan baut, bahkan bagian dapurnya menggunakan bahan batu bata.


Masjid Katangka

Masjid Katangka

(Masjid Katangka tahun 1924)

Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.

Mirip dengan pernyataan Prof. DR. M. Ahmad Sewang, pakar Sejarah UIN Alauddin Makassar, bahwa memang pada masa kerajaan-kerajaan dulu telah masuk Islam, ada semacam pengakuan atau legitimasi yang harus datang dari Turki Utsmani sebagai spiritual power (Dunia Islam masa itu) kepada raja terpilih. Beliau mencontohkan legitimasi Sultan Buton oleh Turki Utsmani sekalipun beliau mengatakan tidak sejauh itu pernah membahas masalah ini. Hanya saja, Bapak Prof. Sewang menambahkan, bahwa Turki Utsmani adalah Khalifah.

Secara geografis daerah Sulawesi Selatan memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur pelayaran (perdagangan Nusantara). Bahkan daerah Makassar menjadi pusat persinggahan para pedagang baik yang berasal dari Indonesia bagian Timur maupun yang berasal dari Indonesia bagian Barat. Dengan posisi strategis tersebut maka kerajaan Makassar berkembang menjadi kerajaan besar dan berkuasa atas jalur perdagangan Nusantara.


Komplek Makam Raja Gowa Tallo

makam raja gowa tallo makassar

(komplek pemakam Raja-raja Gowa tallo)

Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam wilayah benteng Tallo. Ber¬dasarkan basil penggalian (excavation) yang dilakukan oleh Suaka Peninggalan sejarah dan Purbakala (1976¬-1982) ditemukan gejala bah wa komplek makam ber¬struktur tumpang-tindih. Sejumlah makam terletak di atas pondasi bangunan, dan kadang-kadang ditemukan fondasi di atas bangunan makam.

Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempat¬kan di dalam bangunan kubah, jirat semu dan sebagian tanpa bangunan pelindung: Jirat semu dibuat dan balok¬balok ham pasir. Bangunan kubah yang berasal dari kuran waktu yang lebih kemudian dibuat dari batu bata. Penempatan balok batu pasir itu semula tanpa memper¬gunakan perekat. Perekat digunakan Proyek Pemugaran. Bentuk bangunan jirat dan kubah pada kompleks ini kurang lebih serupa dengan bangunan jirat dan kubah dari kompleks makam Tamalate, Aru Pallaka, dan Katangka. Pada kompleks ini bentuk makam dominan berciri abad XII Masehi.



Makalah Sejarah Kerajaan Makassar Gowa Tallo (Docx & PDF)


Kerajaan Makassar (Gowa Tallo).docx - Kerajaan Makassar (Gowa Tallo).pdf

Tanya-Jawab (Kesultanan Makassar Gowa Tallo)

  1. kesultanan makassar mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Said (1639-1653) dan Sultan Hasanuddin (1653-1669).
  2. kesultanan makassar merupakan hasil penggabungan dari dua kerajaan yaitu kerajaan Gowa dan Tallo.
  3. kesultanan makassar berdiri pada tahun 1320-an/ abad 13 ("Tumanurung Bainea" sebagai pendiri/ raja pertama).
  4. kesultanan makassar adalah merupakan kerajaan/ kesultanan islam yang terletak di semenanjung barat-daya Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan.
  5. kesultanan makassar mengalami kemunduran akibat dari perjanjian Bongaya yang dilakukan antara kesultanan Gowa/Makassar dengan VOC yang ditandatangani Sultan Hasanuddin pada 18 November 1667.
  6. Bukti kemajuan kemaritiman dari kesultanan gowa-tallo (makasar) adalah kemajuan sistem perdagangan di daerah sekitar selat Makassar.
  7. kesultanan makassar berkembang menjadi pusat perdagangan karena Makassar memiliki pelabuhan dengan letak yang strategis dalam jalur perdagangan antara Batavia dan Indonesia bagian timur hingga berkembang sebagai pelabuhan internasional.

Sumber: id.wikipedia.org, gowakab.go.id

Previous Post Next Post